28.6.09

II. JOGJA-SOLO

4 Juni 2009. Jam menunjukkan pukul 18.10, Dia memulai perjalanannya meninggalkan Jogja menuju Solo. Dengan kendaraan sepeda motor yang ia pinjam dari sahabatnya. Keraguan untuk melanjutkan pendakian muncul ketika beberapa kali diperjalanan ia menemukan kejanggalan, dari hampir menabrak truk yang mendadak berhenti hingga hampir saja terjatuh ketika berhenti merapikan kondisi carrier yang miring posisinya selama perjalanan. Masih saja terbayang nama dan wajah Puspa dalam pikirannya, seandainya ia dapat merasakan perjuangan yang dilakukan Dia untuk menyatakan kesungguhan cintanya. Tiba di Solo pukul 20.20, Dia berhenti di depan gedung BNI menunggu kawan lamanya bernama Defri yang akan menjemputnya. Selama menunggu dilihatnya dua wanita berparas cantik sedang lesehan makan malam persis didepan Dia yang menunggu. Rupanya salah satu dari keduanya mulai mencuri pandang melihat Dia yang terlihat gagah dengan setelan Mapala-nya. Dia pun sempat memergoki lirikan mata wanita tersebut. “Ah lupakan saja, niatku bukan urusan wanita tapi Puspa”. Tak berselang lama Defri pun datang, dengan wajah pucat dia berkata “ Abis sakit gw Ki, 3 hari di IGD”. Dia kaget mendengarnya, dalam pikirnya berkata bisa juga kawannya tersebut sakit parah. “Hahh…cikungunya???, aneh banget penyakit lo?? Ga da yang lebih keren apa??”. Akhirnya mereka menuju ke kos Defri yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Bank BNI tersebut.

Tiba di kos Defri yang isinya seperti pasar klitikan yang tidak pernah disapu selama 3 tahun, Dia kaget melihat sesosok wanita yang sedang asiknya menggunakan komputer dengan pakaian tanktop dan celana super seksi. “Wah gila nih anak…”. Rupanya wanita tersebut adalah Ratna, anak Ekonomi UNS angkatan 08 yang dikenalnya waktu bersama Defri main ke rumah neneknya. Dia masih mengingatnya, ketika itu Dia bersama Defri mengajak Ratna untuk jalan-jalan ke Kopeng, sebuah tempat di kaki gunung Merapi. Untuk memperlancar acara tersebut, Dia dan Defri menjemput Ratna di rumah neneknya. Alangkah senangnya ketika itu di rumah neneknya tidak ada seorang pun, dan jadilah Ratna ikut. Defri dan Ratna sudah membayangkan indahnya nanti saat mereka berdua bermesraan di Kopeng. Dia pun membayangkan bĂȘte nya menjadi obat nyamuk dari pasangan tadi selama di Kopeng. Dan alangkah sialnya ketika itu persis saat kami berangkat datang lelaki tua yang menanyakan tujuan mereka, dan lelaki tua itu adalah kakeknya Ratna. Dan Defri pun menjawab spontan bahwa mereka akan pergi ke Boyolali untuk mencari data skripsinya Dia. Didalam hati Dia “Hahh..anjritt, kok jadi gw yang dijadiin alasan..biang kerok dasar..”. Lelaki tua itu pun tidak percaya dengan jawaban Defri dan akhirnya menarik Ratna untuk masuk ke rumah. Ratna pun menangis. Seperti peristiwa di film-film Defri mencoba menarik Ratna membujuknya agar tidak menangis. Di sudut lain kakek Ratna dengan gagahnya berteriak lantang memarahi Ratna dan Defri. Dia yang dari tadi hanya menjadi penonton terdiam dan terbayang, “ketika cinta sedang berada di puncaknya, tidak ada yang dapat menghalangi, baik keluarga ataupun orang lain. Untungnya gw tidak pernah merasakan hal seperti itu, karena cinta gw tidak pernah mencapai puncaknya, melihatnya pun tidak, selalu terkikis badai ketika melewati anak tangganya…”.

“Hoii…”, Defri mengagetkan Dia yang bengong mengingat peristiwa langka tadi. “Cewe gw balik dlu nih, gw mo nganter..”. “Yaudah gw tunggu disini aja..” Dia mempersilakan Defri untuk mengantar Ratna. Jam sudah menunjukkan pukul 21.15, “Anjrit lupa gw…Puspa…” Dia terlupa bahwa suara Puspa harus didengarnya, jika tidak alunan rindu akan mencabik-cabik dirinya selama tidur. Diangkatnya handphone. Tak berselang lama Puspa menjawab. Pembicaraan berjalan lancar, standar dan seperti biasa selalu ditutup dengan alasan Puspa yang ingin tidur. Tak apa, walaupun begitu, Dia cukup senang dengan mendengar suara dan kedewasaan Puspa.

No comments:

Post a Comment