Seni merupakan hasil karya manusia yang dibuat berdasarkan kreatifitas. Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu (http://id.wikipedia.org). Karya seni sangat sulit untuk dinilai. Biasanya penilaian dilakukan secara subyektif. Karya seni selain merupakan benda seni juga merupakan hasil gagasan manusia untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Kadang kala dapat berupa pesan emosi, situasi serta politik. Karya seni yang seperti itu tidak hanya dipandang sebagai hasil seni saja, namun memiliki simbol terhadap konteks pada masanya. Seperti yang akan dijelaskan dibawah yaitu mengenai gambar macan ali yang terdapat di Kesultanan Cirebon.
Macan ali merupakan gambar atau penggambaran sebuah macan yang di tulis dalam kaligrafi sehingga huruf-huruf kaligrafi tersebut membentuk sebuah bentuk macan. Hal ini terjadi karena Islam tidak membolehkan umatnya untuk menggambar makhluk hidup. Sehingga penggambaran macan ali melalui kaligrafi ini merupakan siasat agar tidak melenceng dari Islam. Penggambaran macan ali di Kesultanan Cirebon terdapat di bendera kesultanan. Pada bendera tersebut terdapat beberapa pola hias dalam bentuk kaligrafi. Kaligrafi merupakan sebuah gagasan dalam dunia Islam untuk berkreasi melalui ayat-ayat Alquran maupun kalimat syahadat. Kreasi tersebut dibentuk dengan penggambaran-penggambaran motif maupun bentuk makhluk hidup. Penggambaran Macan ali merupakan hasil kreasi manusia yang dibuat berdasarkan gagasan dengan tujuan-tujuan tertentu. Sehingga Macan ali dapat dikatakan sebagai hasil karya seni.
Adapun yang terdapat didalam bendera Kesultanan Cirebon yaitu:
1. Terdapat tulisan “bismillah” dan ayat Alquran untuk menunjukkan kaegungan Allah SWT.
2. Dua bintang yang mengandung 8 sisi, yang melambangkan Muhammad dan Fatimah as.
3. Diantara “bismillah” dan dua bintang terdapat dua gambar, singa kecil dan besar, dan pedang bercabang dua, yang melambangkan pedang Zulfikar milik Imam Ali as.
4. Setelah Zulfikar terlihat singa besar, yaitu Asadullah, alias Singa Tuhan. Didalam bahasa Indonesia, singa Ali itu diterjemahkan dengan “Macan Ali”
5. Di dalam panji, tergambar lambing lima orang manusia suci sebagai sumber petunjuk dan hidayah. Raja-raja IslamJawa sangat meyakini hakikat nur Muhammad sehingga dalam setiap peperangan selalu mengharapkan keberkahan. Karena itu, logo-logo Ahlulnait as selalu tampak dalam setiap bendera raja-raja Cirebon, Jawa Barat (Iqbal, 2006:118).
Kedatangan agama Islam dengan pola-pola baru dan anjuran agar tidak melukiskan segala bentuk manusiawi dan hewani, justru memperkaya imajinasi para seniman zaman dulu. Anjuran ini tidak selalu ditaati, tradisi kuno masih saja dipertahankan dan diperkaya dengan pola yang berciri Timur Tengah, Persia dan India. Sebagai contoh dapat disebut desain Singa Putih, suatu ragam hias yang berkali-kali muncul kembali, yang sebetulnya berasal dari harimau putih, tetapi yang lambat laun berubah menjadi Singa Persia, atau malah Singa Tiongkok. (http://cerbonan.wordpress.com).
Islam di Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada abad ke-15 dan 16 Masehi, dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau (http://id.wikipedia.org). Kesultanan Cirebon didirikan oleh Pangeran Cakrabuana dan berjaya pada masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati. Islam di Cirebon berkembang melalui daerah pesisiran. Perkembangan Islam sangat pesat karena Cirebon juga merupakan daerah pesisiran. Pada saat itu banyak kapal yang datang dari India Islam, Timur Tengah dan Cina Islam di Cirebon sedikit berbeda dengan Islam di Demak dan Mataram. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh budaya Hindu yang cenderung Hindu Sunda. Hal ini dapat terlihat pada lambang keraton yang berupa Harimau Putih (http://moroturu.blogspot.com).. Begitu pula dengan tingkatan Islamnya, di Cirebon laku kejawen tidak banyak dilakukan. Berbeda dengan Demak dan Mataram yang memang pengaruh Hindu Jawa nya sangat kuat sehingga banyak ditemukan laku kejawen.
Islam di Mataram dan Demak
Islam pada kedua kerajaan ini sangat dipengaruhi oleh Hindu Jawa. Hal ini dapat dilihat dari mitos, karya sastra maupun kesenian yang masih menyisakan budaya-budaya hindu. Misalnya pada menara masjid Kudus yang memiliki bentuk seperti candi-candi masa Majapahit. Selain itu juga pada masjid Demak yang beberapa kayunya berasal dari sisa keraton Majapahit. Hal ini juga terkait bahwa raja pertama Kesultanan Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah seorang keturunan Raja Brawijaya V (Bhre Kertabumi) yaitu raja Majapahit (susiyanto.wordpress.com). Sedangkan di Mataram, Sultan agung membagi islam kedalam 2 bagian yaitu Islam pesantren dan Islam keraton. Islam pesantren merupakan lingkungan Islam dengan budaya berbahasa Arab sedangkan Islam Keraton merupakan lingkungan budaya kejawen dengan sastra budaya Jawa yang berpusat pada lingkungan istana kerajaan (Simuh, 2000:1)
Macan ali sebagai simbol perlawanan
Perkembangan kerajaan Islam di Indonesia tidak selamanya berjalan dengan mulus. Kadangkala terjadi perselisihan diantara kerajaan islam tersebut. Selain itu keislaman tidak saja menjadi hal pengikat namun dapat saja menjadi perenggang hubungan antar kerajaan. Hal ini bisa saja terkait karena perbedaann aliran keislaman ataupun pengaruh dari luar seperti perbedaan akulturasi dengan budaya setempat. Peristiwa ini dapat kita lihat pada masa Islam antara Kesultanan Cirebon dengan Mataram dan Demak. Pandangan secara umum hubungan antara kesultanan tersebut berjalan dengan baik. Namun jika dilihat lebih dalam terdapat beberapa hal yang justru bertentangan. Seperti misalnya pengaruh budaya, di Mataram budaya Hindu Jawa sangat mempengaruhi sedangkan di Cirebon sangat dipengaruhi oleh budaya Sunda.
Hal ini dapat kita lihat pada hiasan macan ali. Hiasan ini terletak pada panji atau bendera kesultanan. Bendera merupakan lambang kerajaan yang merupakan manifestasi filosofis suatu kerajaan. Sehingga bendera merupakan identitas suatu kerajaan didalam lingkupnya dengan kerajaan lainnya. Kesultanan Cirebon memiliki hiasan macan ali pada bendera kesultannnya. Hal ini tentunya memiliki tujuan-tujuan tertentu yang mengkomunikasikan simbol tersebut kepada masyarakatnya serta kerajaan lainnya. Namun simbol ini dapat saja dipahami secara berbeda oleh individu yang berbeda.
Hiasan macan ali yang berada pada bendera Kesultanan Cirebon mendapatkan pengaruh dari budaya Hindu Sunda yang seringkali menampilkan gambar Harimau putih dalam hiasan seninya. Kesultanan Cirebon terletak lebih dekat dengan wilayah Sunda daripada dengan wilayah Hindu Jawa. Hiasan Macan ali banyak ditemukan di wilayah yang beraliran syiah yang merupakan salah satu aliran islam yang pastinya merupakan aliran Islam murni yang tidak terpengaruh oleh budaya lokal. Kerajaan Cirebon dan Mataram sering berbenturan mengenai hal perbatasan wilayah serta budaya. Misalnya pada masa Panembahan Ratu, Kesultanan Mataram ingin memasukkan Cirebon kedalam daerah taklukan. Namun karena kekuatan dalam bidang keagamaan, Sultan Mataram menjadi merasa segan. Saat itu wilayah kesultanan Cirebon mencakup Indramayu, Majalengka, Kuningan, Kabupaten dan Kotamadya Cirebon sekarang (http://cerbonan.wordpress.com).
Dari parameter diatas maka dapat disimpulkan bahwa hiasan macan ali pada panji atau bendera Kesultanan Cirebon memiliki simbol sebagai perlawanan Kesultanan Cirebon terhadap Mataram. Perlawanan tersebut dinilai dari dua segi yaitu budaya dan agama. Dari segi budaya, Kesultanan Cirebon tidak terikat oleh budaya jawa namun lebih terkait oleh budaya Sunda, hal ini dapat dilihat oleh penggambaran harimau yang seing ditemukan pada seni budaya Sunda. Budaya jawa seringkali lebih banyak menggambarkan burung dalam seni hiasnya. Yang kedua yaitu dari segi agama, Kesultanan Cirebon memiliki keislaman yang lebih murni daripada Mataram, hal ini dilihat dari penggambaran macan ali yang merupakan menifestasi semangat khalifah Ali as dalam peperangan. Semangat ini menjiwai keislaman mereka untuk lebih murni menjalankan islam. Selain itu karena pengaruh Timur Tengah yang sangat kuat pada daerah pesisir. Budaya agama sunda wiwitan tidak masuk hingga ke sendi-sendi keislaman namun hanya pada seni hias saja. Sedangkan pada Mataram, budaya Islam kejawen sangat popular.
Sumber:
Iqbal, Muhammad Zafar. 2006. Kafilah Budaya: Pengaruh Persia Terhadap kebudayaan Indonesia. Jakarta: Citra.
Simuh. 2000. Keunikan Interaksi Islam dan Budaya Jawa. Makalah Seminar Pengaruh Islam Terhadap Budaya Jawa.
http://id.wikipedia.org, diakses 4 Januari 2009 dengan judul “Seni”, “Kesultanan Cirebon”.
http://cerbonan.wordpress.com, diakses 4 Januari 2009 dengan judul “Menyelami Kesenian Cirebon”.
http://moroturu.blogspot.com, diakses 4 Januari 2009 dengan judul “Perkembangan Kebudayaan islam di Cirebon”.
http://susiyanto.wordpress.com, diakses 4 Januari 2009 dengan judul “Kesultanan Demak , Pasca keruntuhan Majapahit”.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment